Berkelana di bola dunia selama beberapa tahun ternyata membawa hikmah yang cukup banyak. Salah satunya adalah saya harus ‘memaksa’ diri untuk belajar bahasa asing terutama English.
Tidak cuma English, ternyata saya juga berkesempatan untuk ‘kenalan’ dengan beberapa bahasa asing lain.
Oh iya. Tulisan ini bukan bermaksud untuk show off ya teman-teman..cuma untuk sekedar sharing dan berbagi pengalaman aja kok
Ok..let’s start with the list!
Italian – Italy
Dalam satu connecting flight ke Amsterdam menggunakan penerbangan Alitalia, kebetulan tempat duduk saya terpisah dari keluarga dan di sebelah saya ternyata duduk satu wanita asing (ya iyalah..namanya juga lagi di luar negri..hehe). Sambil nunggu pesawat taxi dia basa-basi mengajak saya ngobrol.
Belakangan saya tau kalau sebenarnya dia orang Italy dan agak nervous tiap kali naik pesawat padahal dia pernah berapa tahun kerja sebagai stewardess (pantesan cantik..hehehe). Lucu juga sih dengernya. Berarti dia tahunan nervous melulu ya waktu kerja 😀
Wanita Italy Cantik (WIC): “Are you visiting Rome?”
Saya: “No, this is my connecting flight to Amsterdam but I’d love to visit Rome or Italy someday”
WIC: “Yes, you have to! Italy is very beautiful and the places there are very romantic..!” (promosi berat..hehehe)
Sebagai gambaran, si WIC ini dialek ngomong Englisnya agak beda tapi tetep aja the way she speaks in English is very sexoyy..hehehe :p
Sampai akhirnya dia bertanya,
“Do you speak Italian?”
“No..but is it easy to learn it?”, tanya saya.
“It’s VERY easy! You just need to know the words and speak the way they’re written. Here, I’ll show you.”
Trus dia ambil kartu di tempat duduk pesawat dan nyuruh saya baca kalimat yang ada. Saya baca:
“…si prega di rimanere seduti durante il rullaggio, decollo e atterraggio..” (..please remain seated during taxi, take-off and landing..)
“Perfect!. I can understand what you said perfectly. See?” kata dia.
“Grazie (Thanks)”, kata saya sambil nyengir malu2 kucing.
“Prego (You’re welcome). Wow! You do know some words already!”
“Only that one actually..hehe”, jawab saya jujur.
Pesan moral: belajar Italian menurut saya cukup straightforward. Cukup mengetahui kata atau kalimat dan ucapkan tanpa perlu tonasi atau nada khusus. Menarik untuk dicoba
Thai – Thailand
Thai mungkin adalah bahasa asing pertama selain English yang saya pelajari. Perlu diketahui, Thai adalah salah satu bahasa yang cukup sulit untuk dipelajari. Tidak cukup kita tau kata-kata dalam Thai, tapi kita juga perlu tepat dalam pengucapannya. Salah nada (saya selalu bilang ‘nyanyian’) lawan bicara kita bisa salah paham dan marah.
Contoh:
Kata ‘suai’ dalam pengucapan yang berbeda bisa berarti ‘cantik’ atau ‘bad luck’. Kebayang kan kalo mau ngerayu bilang ‘kamu cantik’ jadi ‘kamu jelek/bad luck’? Bisa ditampar nanti 😀
Saya punya satu pedoman pribadi tiap kali pergi ke luar negeri. At least saya harus bisa mengucapkan tiga kalimat dalam bahasa setempat. Saya selalu yakin kalau kita bisa at least 3 kalimat tersebut masyarakat setempat akan tau kalau kita menghargai mereka. Dan saya selalu dapat senyuman tulus di tiap negara yang saya kunjungi karena 3 kalimat itu.
Dan 3 kalimat itu adalah:
“Sawasdee, krub/kha (kha – kalau yang mengucapkan wanita) – Halo
“Khob khun, krub/kha” – Terima Kasih, dan
“Khor tod, krub/kha” – Maaf atau permisi
Next step adalah belajar angka. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan supaya paham kalau lagi belanja..hihi :p. Sebenarnya di Thailand kalau kita belanja dan si penjual tidak bisa English ada satu alat penerjemah yang biasa dipakai: kalkulator. Cara tawar-menawarnya? Ya kita saling pencet angka yang kita mau di kalkulator sampai si penjual ngangguk2 setuju..hehehe 😀
Setelah belajar angka, barulah belajar percakapan2 singkat seperti misalnya menanyakan harga dan minta diskon lagi (kok belajarnya dari tadi kaitannya belanja melulu ya..hahaha).
Ada satu kejadian lucu yang saya ingat sampai sekarang. Ceritanya saya dan Edi Tarigan mau beli kaos di pinggir jalan. Berhubung kita udah belajar angka dan percakapan singkat, kita ngerasa cukup pede untuk jajal kemampuan kita.
“Sawasdee, krub. Nee thau rai na krub?” (Halo, ini berapa ya?)
Kita udah siap2 kuping denger jawabannya. Nggak taunya si ibu2 penjual menjawab dengan kalimat yang puannjaangg dalam Thai. Kita berdua bengong sambil pandang2an dan saling tanya,
“Tadi si ibu bilang berapa ya harganya?” Hahahaha 😀
Setelah kejadian itu saya makin semangat belajar Thai. Saya download lagu2 pop Thailand seperti lagu2 Tata Young, Da Endorphine (vokalnya mirip2 Kotak kalo di Indo), Punch, Kala, Synkornize, Sek Loso, Peacemaker, dll dari forum lokal Thailand. Saya cari lirik2nya trus saya translate di web sampai tau arti per kata. Sampai teman kerja di project heran lihat koleksi lagu Thailand saya.
“Khun Yasin, from where did you get those songs?”
“From dek-d.com, krub.” (Dek-D atau dibaca dek dee yang artinya ‘adek baik’ itu satu forum di web Thailand – yah mirip2 Kaskus lah kalo di sini)
“Wow..you can read Thai?”
“Can not..just use google translator..haha”
Belajar lewat lagu menambah vocabulary saya dengan cepat. Saya jadi lumayan bisa paham percakapan dalam Thai. Belanja pun menjadi lebih mudah (teteuup…). Sampai kalau mereka ngegosipin saya bisa tau tapi tetap aja sih saya pura2 gak tau..haha..so far baik2 aja sih digosipinnya :p
Too bad saudara2..karena lama meninggalkan Thailand sekarang kosakata dan bahasa Thai banyak yang saya lupakan…huhuhuhu..
Masih pada belum bosen kan bacanya? Yuk lanjut..!
Bahasa – Malaysia
Nah, bahasa Malaysia karena satu rumpun dengan Indonesia sebenarnya mudah banget untuk dipelajari. Hanya perlu kita perhatikan ada beberapa kata atau akronim yang berbeda artinya dengan apa yang kita gunakan di Indonesia.
Contoh:
Tandas – toilet (kalo di indo bisa berarti habis ludes)
Belakang – punggung (kalo di indo ya artinya di belakang)
Punggung – butt (kalo di indo berarti punggung kita)
dan masih banyak lagi istilah2 yang mungkin membuat kita senyum2 kalau baca. Buat orang Malay sih ya paling mereka agak bingung kenapa orang Indonesia cengar-cengir baca kalimat mereka..hehehe
Cara belajar saya cukup unik untuk bahasa Malaysia ini. Pertama kali di Malaysia saya cukup bingung karena banyaknya kata2 tidak baku yang dipakai orang. Akhirnya saya ke toko 7-11 (Seven Eleven) dan beli satu majalah komik humor lokal. Di apartment saya bawa kemana2 sampai di toilet pun saya baca. Awal2nya memang gak ada lucu2nya sih itu humor wong ngerti aja nggak. Lama2 saya tau berbagai istilah slank yang biasa dipakai di Malaysia.
Contoh:
Camna – singkatan dari ‘macam mana’ alias ‘bagaimana’?
Camtu – singkatan dari ‘macam itu’ alias ‘seperti itu’
Korang – singkatan dari ‘kau orang’ alias ‘kalian/kamu’
dan masih banyak lagi.
Singkat kata, hasil belajar menunjukkan kalau saya ngobrol sama orang lokal sering disangka orang dari Sabah/Sarawak. Not bad :p
Magyar – Hungary
Perjalanan dan tinggal di Hungary selama setahun bukan kehidupan yang mudah untuk berkomunikasi tapi kami sangat menikmati waktu2 kami tinggal disana. Perlu diketahui teman2 bahwa di Hungary sebagian besar orang memakai bahasa Magyar atau Jerman. Hanya orang2 di level managerial (kalau di ofis) atau mahasiswa2 yang bisa kita ajak komunikasi in English.
Selain Thai, bahasa lain yang sulit untuk dipelajari adalah Bahasa Magyar. Memang bahasa Magyar tidak memakai tonasi atau nada2 nyanyian tertentu seperti Thai atau Mandarin, tapi bahasa ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena hal2 berikut:
1. Pengucapan lafal yang cukup sulit.
Contoh:
‘sz’ – dibaca ‘s’ dalam ‘saya’
‘s’ – dibaca ‘sy’ dalam ‘syukur’
a – dibaca ‘o’ dalam ‘khotbah’
á – dibaca ‘a’ dalam ‘saya’
dan masih banyak lagi.
Jadi kalau saya mau memperkenalkan pengucapan nama yang bener saya mesti tulis nama saya menjadi ‘Yászin’.
2. Asimilasi kata sesuai penggunaan. Misalnya untuk mengakui kepemilikan, satu kata bisa berubah sesuai targetnya.
Contoh:
‘auto’ – mobil
‘autom’ – mobil saya
‘autod’ – mobil kamu
dan masih banyak lagi.
3. Konsep waktu (past, present, future, dll) yang mengubah struktur kalimat. Contohnya? Saya aja masih bingung dulu..hehehe 😀
Pendekatan saya belajar Magyar juga sama. Mulai dari mengucapkan ‘sziá/sziástok’ (halo), ‘köszönöm’ (terima kasih), belajar angka dan pengucapan2 dialog2 praktis. Hasilnya lumayan lah kalau belanja di pasar atau mall masih bisa survive..selebihnya? Pakai English dikit2 atau bahasa tarzan..haha 😀
Oh iya, saya juga punya mentor bahasa Magyar. Namanya Joszef Kis, team member ABAP saya. Di akhir project saya dapat hadiah buku belajar Magyar dari dia, yang sampai sekarang pun belum tamat2 dipelajari…huhuhu..
English – All around the world
Oke, sengaja saya saya taruh English di bagian akhir bukan karena saya belajar English terakhir tapi justru banyak kenangan saat2 belajar bahasa satu ini.
Cara belajar English ini pun saya lebih banyak autodidak. Tentu saja di sekolah (mulai SMP) mata pelajaran English ini diajarkan tapi menurut saya belajar English di sekolah kurang praktikal. Saya memang bukan ahli bahasa, tapi secara garis besar untuk belajar bahasa ada 3 komponen menurut tingkat kesulitannya: reading (baca) – listening (dengar) – conversation (komunikasi verbal) – writing (tulis).
Untuk reading (termasuk comprehension-nya) saya banyak belajar justru dari salah satu hobi saya sejak kecil: main game RPG seperti Final Fantasy dan sejenisnya. Entah kenapa dari dulu saya selalu senang game RPG yang sebagian orang mungkin gak suka karena banyak tulisan dialog dan ceritanya. Buat saya justru menarik walaupun awal2nya saya gak ngerti sama sekali apa yang diomongin di situ. Lama2 saya kepaksa untuk bisa paham dengan bantuan buka2 kamus. Kenapa kepaksa? Karena kalau gak ngerti saya gak akan bisa tau disuruh kemana karakter game saya pergi..ahaha 😀
Hasilnya? Nilai bahasa Inggris sejak SMP lumayan lah :p
Next is listening.
Untuk yang satu ini saya belajar melalui lagu. Tiap ada lagu yang enak didengar di radio (masih jaman radio dulu..belum ada cd player..hehe) pasti saya rekam di kaset. Hasil rekaman saya putar sambil tulis2 liriknya di kertas. Bolak-balik saya dengerin itu hasil rekaman sambil tulis2 liriknya sambil coba mengerti apa yang dimaksud dalam lagu itu.
Dipikir2 susah banget ya jaman dulu..sekarang kalau perlu lirik saya tinggal cari di google aja langsung dapet..hihihi 😀
Ada satu kejadian yang sampai sekarang saya inget soal listening ini. Kejadiannya saat jaman kuliah dan sering nemenin mantan pacar (sekarang istri :p ) anter dan jemput ke tempat course bahasa inggris-nya. Biasanya kalo pas jemput belum keluar kelas saya suka ngintip2 lewat jendela kelasnya..ngintip pada belajar apa maksudnya selain ngintip2 pacar dalam kelas..maklum lah, jaman susah dulu saya gak ada budget untuk ambil coursenya..hehe.. :p
Satu hari pas ngintip2 ibu pengajarnya tiba2 keluar kelas dan berjalan ke arah saya. Degh! Saya pikir bakal dimarahin karena ngintip2 kelasnya. Eh, si ibu malah bilang dengan ramah,
“Kamu gak masuk kelas?”
“Ehmm…gak Bu..saya bukan murid course ini. Cuma mau jemput saja”, jawab saya.
“Masuk aja yuk ikutan belajar”, ajak si ibu.
“Nggak usah Bu saya disini aja..takut mengganggu di dalam”
“Nggak kok. Yuk sini masuk aja di dalam. Ngapain juga kamu di luar gini nggak ngapa2in”.
Duh..rasanya malu campur terharu sebenernya diajak masuk gitu. Terharu soalnya itu pertama kali saya ngerasain ikutan course formal selain bimbel..hehehe
Ternyata eh ternyata pelajaran hari itu adalah listening lewat lagu! Ibu pengajar membagikan kertas (saya juga dikasih) bertuliskan lirik lagu yang sebagian kata2nya hilang dan kita diminta menuliskan kata yang hilang sambil mendengarkan lagu dari pemutar kaset. Karena udah terbiasa saya sih cepat aja jawabnya. Saya ingat judul lagunya adalah ‘Tell Laura I Love Her’.
Waktu evaluasi, entah malu atau pada bingung murid2 course lebih banyak diam waktu ditanya. Saya sih tau diri lah diem2 aja, sampai akhirnya ditanya sama si ibu pengajar. Sampai akhirnya si ibu lihat kertas jawaban saya dan bilang,
“This is very good! Kamu benar semua jawabannya!”.
Bangga sih bangga. Tapi rasanya banyak tatapan2 sebel dari murid lainnya ditujukan ke orang-gak-dikenal ini. Kecuali satu ding, ada satu tatapan makin sayang dari pacar yang duduk sebelah saya..hihihi 😛
Berikutnya conversation atau speaking.
Untuk bagian ini saya akui culture di Indonesia kurang mendukung banget. Kalau kita latihan ngomong English, suka di cap go meh, eh, maksudnya di cap sok lah, sombong lah. Kalau salah2, langsung diketawain. Padahal kalo kita ngobrolnya ke bule, salah2 dikit dianya cuek aja tuh. Berusaha memahami malah tanpa banyak mengkoreksi. Ini juga terjadi di Thailand. Banyak anak sekolah atau mahasiswa yang sebenarnya mahir in English tapi malu2 jadinya terpendam skillnya. Sayang banget deh.
Mulai project di Friesland Flag Indonesia lah saya ikutan project dengan environment komunikasi sehari2 dalam English. Bermodalkan cuek dan sikap ‘yang penting ngomong’ (wong semua juga pada nekat) akhirnya sedikit demi sedikit saya terbiasa dengan komunikasi dalam English.
Writing (formal). Ini menurut saya yang paling sulit. Walau pun sudah bertahun-tahun menggunakan English dalam komunikasi kerja tetap saja tiap kali menulis e-mail dalam English takes time. Mesti berulang kali dibaca2 lagi jangan sampai ada kesalahpahaman atau bias dalam penyampaian maksud. Well, saya percaya makin ke depan saya bisa makin terasah dalam hal ini. Amin
Sebagai penutup post yang puanjaaang kali ini saya mau cerita satu kejadian waktu saya di Malaysia. Suatu hari jam pulang kebetulan saya berbarengan dengan Rene, project director dari FCSCAP (Friesland support center), untuk turun menggunakan lift. Juga beberapa rekan kerja lain yang mau pulang juga.
Sambil menunggu lift terjadilah dialog berikut.
“Hi Yasin, nice haircut! Where did you do that?”, kata Rene basa-basi. Memang saya hari sebelumnya potong rambut sih.
“Thank you, Rene. I went to one of the X-Cut shop at Damansara. Very fast, only took 15 minutes!”
“Wow..that’s really fast!”, kata Rene.
“Yes. But funny thing is they will clean our head using vaccuum “, tambah saya.
Begitu dengar kalimat barusan mata Rene langsung melotot kaget. Disinilah kedodolan saya. Saya ucapkan kata ‘vaccuum’ seperti pengucapan vakum dalam bahasa Indonesia.
Selang sebentar, Rene seperti dapat pencerahan, trus ketawa keras banget.
“Oh..you mean vaccuum (pengucapan: vek-kium). Hahaha..you almost shocked me. I thought you said to me ‘F*ck you’ then I realized you pronounce it in Indonesian way..ahaha”
Gak tau deh gimana merahnya muka saya tapi yang jelas malu banget diketawain orang satu lift.
“Oh..I’m really sorry, Rene. Didn’t mean that”
“Hahaha…of course you didn’t. Hahaha..you’re so funny, Yasin!”, jawab Rene masih sambil ketawa2.
Hari itu saya memecahkan satu rekor baru: pegawai paling berani mengucapkan the ‘F’ word ke bosnya! 😀
Haha.. Pengalamannya lucu2..
Senangnya pergi ke berbagai tempat yang bahasanya berbeda2..