when nature in anger and shows its force

15 Juli 2005
What a day..! Jumat itu menjadi hari yang sangat melelahkan, bukan hanya untuk saya, tetapi untuk hampir seluruh penduduk Jakarta (berlebihan nggak ya kalo saya bilang gini..? Kesannya terlalu mendramatisir..ah, cuek lah..:D )
Berawal dari pagi yang cerah dan menjelang siang yang agak terik malah…saat dapet panggilan tiba2 dari pak Kris Moeller (bener gak ya nulisnya..?) untuk ke Indosat mengubah 2 program kecil, dengan charge 4 buah kupon makan (itu juga udah dibantu ngerampok kupon sama Lolita)…hihihi…jangan salah sangka ya, itu bukan harga yang murah, 1 kupon makan Indosat itu berharga 12 ribu 5 ratus, so, kalo 4 buah kupon cukup mahal kan..? hehe..
jadi ngelantur…lanjut lagi ceritanya…

Pukul 5 sore
Pulaaaanng…! Hujan sudah reda..perfect time to go home…beberapa langkah menuju gerbang aldiron..hujan mulai deras lagi..waaaa..untung livia bawa payung, jadilah kita sepayung kecil berdua..hihihi..tapi karena payungnya kecil, tetep aja kita pada basah..yang dikuatirin sebenernya laptop kita sih..badan basah mah cuek aja..untunglah bus 604 cepat datang..fiuuh..selamat..for a while..

Pukul 6 sore
Hujan makin gila2an aja derasnya..sepanjang sudirman-thamrin jalanan mulai dibanjiri air..ubah rencana, gak jadi turun di gedung BRI II (banjir bow…), turun di sarinah aja lah pikir kami..no problemo pikir saya, selama masih ada busway saya masih bisa survived dan pulang. ternyata…halte bus di sarinah pun sudah penuh sesak dengan orang2 yang senasib dengan kami. dapet tempat di bagian luar dari halte..makin basah..

Ketinggian air di jalanan mulai naik..tiap kali ada kendaraan yang lewat membuat ombak2 kecil ke pinggir jalan yang sesaat sempat mengingatkan saya akan pantai dan laut..hmm..begitu lama saya nggak melihat laut lagi..pantai terakhir yang saya lihat adalah pantai batukaras tahun lalu..but that’s another story for another post…:)

Melihat air mulai naik dan hujan tidak berkurang derasnya, akhirnya kami lari ke perlindungan tahap 2, halte busway..hihihi, ternyata tidak sedikit yang seide dengan kami, terbukti dengan halte busway yang penuh sesak dengan orang. ada sih yang memang menunggu busway, tapi tidak sedikit juga yang hanya ingin berlindung dari hujan deras…hmm..maybe i should call it a little storm..karena komponen2nya lengkap, hujan deras, angin kencang, air yang meluap banyaknya, dan orang2 yang panik untuk berlindung. What an evening..

Pukul 7.30 malam

It’s turned out to be a chaos. banjir di depan ruas jalan sarinah mulai naik menjadi setinggi lutut. kendaraan2 mulai bergelimpangan (baca: mogok) di jalanan, membuka pintu rizki bagi anak2 jalanan penjaja jasa payung untuk mendapatkan hasil tambahan dengan mendorong mobil2 yang mogok di dalam air yang sekarang menjadi berwarna kecoklatan karena lumpur. jalur busway mulai menjadi alternatif penyelamatan bagi mereka. penuh deh jalur busway dengan motor dan mobil pribadi. polisi pun hanya bisa membantu agar jalanan tetap lancar. busway pun menjadi tersendat..all the outlaws now became legal..

Kerumunan orang di busway makin memadat, terutama yang menuju blok m. Akhirnya Livia pun berhasil naik busway ke arah kota, hmm…saingannya dikit sih yang ke kota…hihihi..
I’m alone now..still struggling for a way home..

Pukul 8 malam

Busway belum datang juga, kerumunan orang yang mau naik makin menggila. sementara di luar banjir sudah setinggi pinggang orang dewasa. hujan sudah mereda. suasana makin ramai. tiba2 terdengar sorak-sorai dan tepuk tangan..ternyata itu adalah teriakan pemberi semangat tiap ada motor atau mobil yang berusaha ‘menembus’ banjir..seru juga..orang2 mulai naik ke taman pembatas tengah jalan untuk berjalan telanjang kaki ke arah bundaran HI..pengen juga sih ikutan, tapi pikir2, saya mau jalan sampai mana ya..? sampai rumah..? betis segede apaa nanti..hehehe..akhirnya saya memutuskan menikmati aja suasana itu..mencoba mencari strategi untuk pulang sambil menunggu perkembangan situasi. kali2 aja kepotret sama wartawan yang mulai berkeliaran meliput banjir di kawasan ini. Hehe.. Di kejauhan terlihat 4 busway arah kota terhenti di bundaran depan indosat..ah, semoga busway yang dinaiki livia bukan satu di antara mereka..amin.

saat itu saya merasa sangat kedinginan, kesepian, dan sendiri dalam keramaian…

Pukul 9 malam kurang
Akhirnya…bisa naik busway..! Alhamdulillah..ada harapan untuk pulang..! di dalam busway ternyata tidak jauh berbeda dengan di haltenya, fully crowded..! dengan gagahnya busway menembus banjir dan gelapnya malam. di sisi jalan terlihat para wartawan dengan kamera EOS 10D dilengkapi Speedlite 550EX sibuk meliput suasana banjir. sementara saya berdiri, berjejal dengan penumpang busway lainnya.
Halte busway karet. waaa…gagal turun gara2 kejepit penumpang lainnya..akhirnya berhasil turun di halte benhil setelah berjuang keras..badan sudah di luar bus, tas masih di dalam nyangkut..gawat..ditarik sekuat tenaga akhirnya bisa lolos…fiuuh..!

Pukul 10 malam kurang
Alhamdulillah..sampai di rumah! di depan rumah terlihat lumpur2 dan sampah jejak2 kehadiran banjir di lingkungan rumah..rasa letih, basah, dan kedinginan mulai menyerang lagi..
tulat-tulit..sms masuk..ternyata, livia masih di bundaran dekat indosat..! bus yang dinaiki ternyata satu dari 4 busway yang saya lihat tersendat tadi..syukurlah setengah jam kemudian beliau sampai rumah juga.

that’s the end of this post.
menjalani semua ini membuat saya termenung..betapa lemahnya manusia ya dihadapkan pada kekuatan alam. belum lagi jika dihadapkan pada kekuatan yang maha kuat pemilik semua yang ada di jagad raya ini..Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu.

This entry was posted in Uncategorized by ayah. Bookmark the permalink.

Leave a Reply